Green Island – Selama ini, kalau bicara soal Banyuwangi dan kata “Green”, pikiran kita pasti langsung tertuju ke Teluk Ijo atau Green Bay. Wajar saja, tempat itu memang sudah melegenda di kalangan pelancong. Tapi, baru-baru ini lini masa media sosial saya mulai dibanjiri oleh satu nama baru yang sukses memancing rasa penasaran: Green Island.
Awalnya saya mengira itu cuma sekadar nama baru atau rebranding dari tempat lama. Tapi setelah melihat foto-fotonya gugusan pulau karang kecil yang menyembul gagah dari air biru toska saya sadar ini tempat yang benar-benar berbeda. Orang-orang mulai menyebutnya “The New Raja Ampat of Java”. Sebuah klaim yang cukup berani, bukan?
Sebagai pecinta laut yang terkadang skeptis namun mudah tergiur racun visual, saya akhirnya memutuskan untuk membuktikannya sendiri. Dan harus saya akui, tempat ini benar-benar membuat saya merasa tertinggal karena baru mengetahui keberadaannya sekarang.
Jika kalian sedang mencari destinasi di Banyuwangi yang belum terlalu “pasaran” dan punya nuansa petualangan yang kental, simak cerita perjalanan saya ini. Saya akan membagikan pengalaman menjejakkan kaki di Green Island, surga baru yang tersembunyi di kawasan Pancer, Banyuwangi.
Menuju Ujung Selatan yang Menantang
Lokasi Green Island ini berada di wilayah Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran. Satu kawasan dengan Pantai Pulau Merah yang terkenal itu, tapi posisinya sedikit lebih masuk ke “dalam” dan tersembunyi.
Perjalanan dari pusat kota Banyuwangi memakan waktu sekitar dua setengah hingga tiga jam. Rutenya gampang-gampang susah. Jalan utamanya memang sudah aspal mulus, tapi begitu mendekati area pantai, kita akan disambut jalanan desa yang lebih sempit dan terkadang bergelombang.
Mengingat jarak tempuh yang lumayan dan medan yang belum saya kuasai, ditambah saya pergi bersama rombongan teman dengan barang bawaan yang tidak sedikit mulai dari alat snorkeling sampai bekal piknik kami memutuskan untuk tidak memaksakan diri naik motor.
Badan rasanya bakal rontok duluan sebelum sampai tujuan. Solusi paling masuk akal yang kami ambil adalah menggunakan layanan sewa mobil banyuwangi yang sudah termasuk sopir.
Keputusan ini terbukti sangat tepat. Sopir rental yang kami bawa ternyata orang lokal asli yang paham betul jalan-jalan alternatif untuk menghindari keramaian di pasar kecamatan. Kenyamanan duduk di dalam mobil ber-AC sambil melihat pemandangan kebun buah naga yang menjadi ciri khas daerah selatan ini adalah penyelamat energi kami sebelum petualangan yang sebenarnya dimulai.
Titik Mula di Pantai Mustika
Untuk sampai ke Green Island, tidak ada jalan darat. Kita harus menyeberang laut. Titik penyeberangan yang paling direkomendasikan adalah dari Pantai Mustika, yang letaknya persis di sebelah barat Pantai Pancer.
Suasana di Pantai Mustika pagi itu cukup tenang. Deretan perahu nelayan berwarna-warni parkir rapi di bibir pantai, menunggu penumpang yang ingin island hopping. Di sinilah seni tawar-menawar harga perahu dimulai. Biasanya, sistem sewa perahu di sini adalah borongan atau paket satu perahu pulang-pergi.
Harganya bervariasi tergantung kemampuan negosiasi dan seberapa ramai musim liburan saat itu. Perahu ini nantinya akan mengantar kita ke Green Island, menunggu kita bermain, dan mengantar balik dengan selamat.
Bapak nelayan yang kami sewa perahunya tersenyum lebar saat tahu tujuan kami. Rupanya, tempat ini memang sedang menjadi primadona baru yang banyak dicari orang. Tanpa menunggu lama, mesin perahu dinyalakan, dan kami pun meninggalkan bibir pantai.
Sensasi “Raja Ampat” di Depan Mata
Perjalanan laut menuju Green Island tidaklah lama, hanya memakan waktu sekitar 15 sampai 20 menit. Tapi durasi singkat itu menyajikan transisi pemandangan yang ajaib.
Begitu perahu menjauh dari pantai utama dan mulai membelah ombak, warna air laut perlahan berubah. Dari yang tadinya biru gelap, perlahan menjadi hijau toska bening yang memukau.
Gugusan pulau-pulau karang kecil mulai terlihat di kejauhan. Inilah momen yang membuat saya menahan napas. Green Island sebenarnya adalah sebutan untuk salah satu pulau karang terbesar di gugusan tersebut yang memiliki vegetasi hijau lebat di puncaknya.
Posisinya dikelilingi oleh pulau-pulau batu cadas lain yang lebih kecil namun kokoh. Formasi unik inilah yang membuatnya disebut-sebut mirip dengan Raja Ampat di Papua.
Perahu kami perlahan melambat saat memasuki area teluk yang airnya lebih tenang. Di bawah perahu, terumbu karang terlihat jelas saking beningnya air, seolah mengundang kami untuk segera terjun.
Trekking Singkat Demi Pemandangan Juara
Tentu saja, sampai di sana saya tidak mau hanya duduk diam di perahu atau di pasir. Ke Green Island tanpa naik ke puncaknya itu ibarat makan sayur tanpa garam; terasa kurang lengkap. Kami memutuskan untuk trekking naik ke atas bukit karangnya.
Jalur pendakiannya masih sangat alami dan belum ada tangga buatan yang nyaman. Kita harus meniti jalan setapak tanah bercampur bebatuan karang. Cukup menguras keringat dan membutuhkan alas kaki yang pakem, tapi untungnya pendakian ini singkat, hanya butuh waktu belasan menit.
Sesampainya di puncak bukit, rasa lelah langsung terbayar lunas. Dari ketinggian itu, klaim “Raja Ampat-nya Banyuwangi” terbukti bukan omong kosong belaka. Saya bisa melihat hamparan laut dengan gradasi warna yang gila indahnya: putih buih ombak di tepian, hijau muda, toska, lalu biru tua di kedalaman.
Di tengah-tengahnya, menyembul pulau-pulau karang yang memecah ombak. Angin laut bertiup kencang, mengeringkan keringat di baju seketika. Rasanya bebas sekali, seolah semua beban pekerjaan di kota hilang terbawa angin.
Tips Agar Tidak “Zonk” Saat Berkunjung
Belajar dari pengalaman saya kemarin, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan agar liburan kalian ke sini tetap nyaman. Hal yang paling krusial adalah masalah logistik. Di pulau ini sama sekali tidak ada warung atau penjual makanan. Jadi, pastikan kalian membawa air minum yang cukup banyak agar tidak dehidrasi, serta bekal makanan secukupnya. Namun, satu hal yang tak boleh dilupakan adalah membawa kantong sampah sendiri. Jangan sampai kita meninggalkan sampah plastik sekecil apa pun di surga tersembunyi ini.
Waktu kunjungan juga sangat menentukan kualitas pengalaman kalian. Saya sangat menyarankan untuk datang di pagi hari, idealnya antara jam 7 sampai jam 10 pagi. Selain karena cahaya matahari pagi membuat warna air laut terlihat paling cantik, ombak di pantai selatan biasanya cenderung naik dan makin kencang saat siang menjelang sore. Demi keselamatan dan kenyamanan perjalanan laut, pagi hari adalah waktu terbaik.
Selain itu, perhatikan alas kaki yang kalian pakai. Karena medannya berupa karang tajam, sandal jepit biasa yang tipis mungkin kurang nyaman, apalagi high heels. Gunakanlah sandal gunung atau sepatu khusus air yang kuat.
Sebelum berangkat, ada baiknya juga melakukan riset kecil-kecilan. Dulu saya sempat bingung mencari info valid karena tempat ini masih baru, untungnya saya menemukan referensi di ayobanyuwangi yang cukup lengkap mengulas destinasi-destinasi tersembunyi seperti ini. Informasi mengenai estimasi harga perahu dan kondisi cuaca terkini sangat membantu agar kita bisa menyusun anggaran dan rencana dengan matang.
Sebuah Janji untuk Kembali
Hari sudah mulai sore ketika perahu kami bersandar kembali di Pantai Mustika. Badan terasa lelah, kulit terasa perih tersengat matahari, tapi hati terasa penuh dan bahagia. Banyuwangi sekali lagi membuktikan kalau daerah ini tidak pernah kehabisan kejutan.
Green Island mungkin belum setenar Raja Ampat yang asli di Papua sana. Tapi bagi kita yang butuh pelarian singkat, tempat ini adalah jawaban yang sempurna. Keindahan yang dekat, nyata, dan masih sangat alami.
Saya meninggalkan Pancer dengan sebuah janji dalam hati: suatu hari nanti saya akan kembali lagi ke sini. Bagi kalian yang belum pernah, segeralah agendakan sebelum tempat ini menjadi terlalu viral dan ramai. Nikmatilah keasriannya selagi masih sepi. Selamat berpetualang di ujung timur Jawa!
Baca juga:
- Wisata Kebun Kurma Pasuruhan Jawa Timur
- Menyingkap Rahasia Pulo Manuk Banten di Ujung Selatan Jawa
- Keindahan Wisata 7 Pantai di Tulungagung yang Memikat Hati
- Sawarna Srikandi: Pesona Keindahan Alam dan Warisan Budaya
- Pantai Cemara Cidaun: Lokasi, Harga Tiket, dan Daya Tariknya
- Pantai Kukup: Surga Tersembunyi di Gunungkidul
- Air Terjun Kolam Jodoh: Lokasi, Mitos, dan Keajaiban Alamnya




