Dampak diabetes melitus tidak hanya sekadar kadar gula darah tinggi, tetapi merupakan kondisi sistemik yang dapat mempengaruhi hampir seluruh organ tubuh. Penyakit metabolik ini, jika tidak dikelola dengan baik, dapat menimbulkan berbagai komplikasi serius yang berdampak pada kualitas hidup penderitanya.
Diabetes melitus adalah penyakit metabolik kronis dengan karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh kelenjar pankreas yang bertugas membantu proses penyerapan glukosa ke dalam sel untuk diubah menjadi energi.
Ketika produksi insulin menurun atau terjadi resistensi insulin, seluruh gula yang dikonsumsi tubuh tidak dapat diproses secara sempurna, sehingga kadar glukosa dalam darah akan meningkat. Kondisi inilah yang menjadi awal dari berbagai dampak diabetes melitus yang lebih serius.
Dampak Diabetes Melitus Jangka Pendek (Komplikasi Akut)
Komplikasi akut diabetes melitus terjadi akibat peningkatan atau penurunan kadar gula darah secara drastis dalam waktu singkat. Kondisi ini memerlukan penanganan medis segera karena dapat mengancam nyawa.
1. Ketoasidosis Diabetik (KAD)
Ketoasidosis diabetik adalah komplikasi diabetes melitus yang berbahaya akibat peningkatan kadar gula darah yang sangat tinggi. Kondisi ini terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan gula sebagai sumber energi, sehingga memecah lemak sebagai penggantinya. Proses ini menghasilkan zat keton yang bersifat asam.
Penumpukan keton dalam darah akan mengganggu keseimbangan asam-basa tubuh, menyebabkan:
- Sesak napas
- Dehidrasi berat
- Mual dan muntah
- Nyeri perut
- Penurunan kesadaran hingga koma
- Kematian jika tidak ditangani segera
Ketoasidosis diabetik lebih sering terjadi pada penderita diabetes tipe 1, tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada diabetes tipe 2 dalam kondisi tertentu.
2. Hyperosmolar Hyperglycemic State (HHS)
Hyperosmolar Hyperglycemic State merupakan komplikasi diabetes melitus dengan tingkat kematian mencapai 20%. Kondisi ini ditandai dengan lonjakan kadar gula darah secara ekstrem (biasanya di atas 600 mg/dL) yang disertai dehidrasi parah tanpa adanya ketoasidosis yang signifikan.
Gejala HHS meliputi:
- Rasa haus yang berlebihan
- Produksi urin yang meningkat
- Dehidrasi berat
- Kelemahan tubuh
- Kejang
- Gangguan kesadaran hingga koma
HHS umumnya terjadi pada penderita diabetes tipe 2 lanjut usia dan sering dipicu oleh infeksi, penyakit akut, atau ketidakpatuhan dalam pengobatan.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi kadar gula darah turun di bawah nilai normal (biasanya <70 mg/dL). Komplikasi ini sering terjadi pada penderita diabetes yang menggunakan insulin atau obat penurun gula darah tertentu.
Gejala hipoglikemia meliputi:
- Keringat dingin
- Gemetar
- Jantung berdebar
- Lapar
- Pusing
- Penglihatan kabur
- Bingung
- Kejang
- Penurunan kesadaran
Hipoglikemia berat dapat menyebabkan kerusakan otak permanen dan kematian jika tidak segera ditangani.
Dampak Diabetes Melitus Jangka Panjang (Komplikasi Kronis)
Komplikasi kronis diabetes melitus berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun akibat paparan kadar gula darah tinggi yang terus-menerus. Kerusakan ini mempengaruhi pembuluh darah kecil (mikrovaskular) dan pembuluh darah besar (makrovaskular).
1. Komplikasi Mikrovaskular
A. Retinopati Diabetik (Kerusakan Mata)
Retinopati diabetik adalah komplikasi diabetes pada mata yang disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah retina. Kondisi ini merupakan penyebab kebutaan utama pada orang dewasa usia produktif.
Tahapan retinopati diabetik:
- Retinopati non-proliferatif: Pembuluh darah retina membengkak, bocor, atau tertutup
- Retinopati proliferatif: Tumbuh pembuluh darah baru yang rapuh dan mudah berdarah
Gejala yang timbul meliputi pandangan kabur, floaters (bintik-bintik melayang di pandangan), fluktuasi penglihatan, hingga kebutaan mendadak akibat perdarahan vitreous.
B. Nefropati Diabetik (Kerusakan Ginjal)
Nefropati diabetik atau penyakit ginjal diabetik merupakan komplikasi serius yang ditandai dengan kerusakan pembuluh darah kecil di ginjal. Kondisi ini berkembang secara bertahap:
- Mikroalbuminuria (kebocoran protein minimal)
- Proteinuria (kebocoran protein dalam jumlah besar)
- Penurunan laju filtrasi glomerulus
- Gagal ginjal stadium akhir
Pada tahap gagal ginjal stadium akhir, penderita memerlukan terapi pengganti ginjal berupa cuci darah (hemodialisis atau peritoneal dialisis) atau transplantasi ginjal.
C. Neuropati Diabetik (Kerusakan Saraf)
Neuropati diabetik adalah komplikasi diabetes yang paling sering ditemukan, dengan prevalensi 10-20% pada saat diagnosis dan meningkat hingga 50% setelah 10 tahun.
Jenis-jenis neuropati diabetik:
- Neuropati perifer: Menyerang saraf kaki dan tangan, menyebabkan kesemutan, kebas, nyeri terbakar, atau mati rasa
- Neuropati otonom: Memengaruhi saraf otonom yang mengontrol fungsi organ dalam seperti jantung, pencernaan, dan kandung kemih
- Neuropati fokal: Kerusakan pada saraf tunggal, menyebabkan kelemahan mendadak pada area tertentu
Neuropati perifer merupakan faktor risiko utama terjadinya ulkus diabetik dan amputasi akibat berkurangnya sensasi nyeri di kaki.
2. Komplikasi Makrovaskular
A. Penyakit Kardiovaskular
Diabetes melitus meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular 2-4 kali lipat dibandingkan orang tanpa diabetes. Mekanisme yang mendasari adalah aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah) yang dipercepat oleh kadar gula darah tinggi.
Manifestasi penyakit kardiovaskular pada diabetes:
- Penyakit jantung koroner
- Serangan jantung
- Gagal jantung
- Aritmia (gangguan irama jantung)
Penyempitan pembuluh darah koroner menyebabkan otot jantung kekurangan oksigen dan nutrisi, yang dapat berujung pada serangan jantung mendadak.
B. Stroke
Diabetes melitus merupakan faktor risiko penting untuk stroke iskemik (penyumbatan pembuluh darah otak). Risiko stroke pada penderita diabetes 2-6 kali lebih tinggi dibandingkan non-diabetes.
Mekanisme terjadinya stroke pada diabetes:
- Aterosklerosis pembuluh darah besar di leher dan otak
- Pembentukan trombus (gumpalan darah) yang menyumbat aliran darah otak
- Kerusakan pembuluh darah kecil otak
Gejala stroke meliputi kelemahan separuh tubuh, bicara pelo, wajah perot, dan penurunan kesadaran.
C. Penyakit Arteri Perifer
Penyakit arteri perifer adalah penyempitan pembuluh darah di tungkai yang menyebabkan nyeri saat berjalan (klaudikasio intermiten), luka sulit sembuh, dan gangren (kematian jaringan). Kondisi ini merupakan faktor predisposisi utama untuk amputasi pada penderita diabetes.
3. Komplikasi Lainnya
A. Ulkus Diabetik
Ulkus diabetik adalah luka terbuka yang biasanya terjadi di kaki, merupakan komplikasi yang paling ditakuti karena sering berakhir dengan kecacatan atau kematian. Faktor penyebab ulkus diabetik:
- Neuropati perifer (berkurangnya sensasi)
- Penyakit arteri perifer (berkurangnya aliran darah)
- Deformitas kaki
- Tekanan berulang pada area tertentu
Infeksi pada ulkus diabetik dapat menyebar ke tulang (osteomielitis) dan menyebabkan sepsis yang mengancam jiwa.
B. Gangguan Sistem Kekebalan Tubuh
Hiperglikemia kronis melemahkan sistem imun, membuat penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi, seperti:
- Infeksi saluran kemih
- Infeksi kulit dan jaringan lunak
- Infeksi paru (pneumonia)
- Infeksi jamur
Kemampuan sel darah putih untuk memfagositosis (memakan) bakteri juga menurun pada kondisi gula darah tinggi.
C. Dislipidemia
Diabetes sering disertai dengan gangguan profil lipid yang disebut dislipidemia diabetik, ditandai dengan:
- Peningkatan trigliserida
- Penurunan HDL (kolesterol baik)
- Peningkatan LDL kecil dan padat (kolesterol jahat yang lebih aterogenik)
Kondisi ini mempercepat proses aterosklerosis dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
D. Gangguan Muskuloskeletal
Diabetes dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem muskuloskeletal:
- Frozen shoulder (kekakuan sendi bahu)
- Sindrom carpal tunnel
- Dupuytren’s contracture (pembengkokan jari permanen)
- Charcot arthropathy (kerusakan sendi progresif)
Faktor yang Memperberat Dampak Diabetes Melitus
Beberapa faktor dapat memperparah komplikasi diabetes:
- Durasi diabetes: Semakin lama menderita diabetes, risiko komplikasi semakin tinggi
- Kontrol gula darah: Kadar HbA1c yang tinggi berkorelasi dengan peningkatan risiko komplikasi
- Hipertensi: Memperberat kerusakan pembuluh darah
- Dislipidemia: Mempercepat aterosklerosis
- Obesitas: Meningkatkan resistensi insulin
- Merokok: Merusak pembuluh darah secara langsung
- Riwayat keluarga: Faktor genetik berperan dalam kerentanan komplikasi
Pencegahan dan Penanganan Dampak Diabetes Melitus
Meskipun dampak diabetes melitus sangat menakutkan, sebagian besar komplikasi dapat dicegah atau diperlambat dengan pengelolaan yang tepat:
1. Pengendalian Glikemik
Menjaga kadar gula darah dalam batas normal adalah kunci utama mencegah komplikasi. Target pengendalian glikemik:
- Gula darah puasa: 80-130 mg/dL
- Gula darah 2 jam postprandial: <180 mg/dL
- HbA1c: <7% (disesuaikan dengan kondisi individu)
2. Pengendalian Tekanan Darah
Target tekanan darah pada penderita diabetes adalah <130/80 mmHg. Pengendalian tekanan darah yang ketat terbukti dapat mengurangi risiko komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular.
3. Pengendalian Lipid
Target profil lipid pada diabetes:
- LDL: <100 mg/dL (lebih ketat pada yang berisiko tinggi)
- HDL: >40 mg/dL untuk pria, >50 mg/dL untuk wanita
- Trigliserida: <150 mg/dL
4. Perawatan Kaki
Pencegahan ulkus diabetik meliputi:
- Pemeriksaan kaki setiap hari
- Mencuci kaki dengan air hangat dan sabun lembut
- Mengeringkan kaki dengan lembut, terutama sela jari
- Melembapkan kulit kaki (kecuali sela jari)
- Memakai alas kaki yang tepat
- Tidak berjalan tanpa alas kaki
5. Skrining Rutin
Penderita diabetes memerlukan skrining rutin untuk mendeteksi dini komplikasi:
- Mata: Pemeriksaan funduskopi tahunan oleh oftalmologis
- Ginjal: Pemeriksaan mikroalbuminuria dan kreatinin serum tahunan
- Kaki: Pemeriksaan sensasi dan sirkulasi kaki setiap kunjungan
- Jantung: EKG dan penilaian risiko kardiovaskular rutin
6. Gaya Hidup Sehat
Penerapan gaya hidup sehat merupakan fondasi pengelolaan diabetes:
- Pola makan seimbang dengan kontrol karbohidrat
- Aktivitas fisik teratur (minimal 150 menit/minggu)
- Menjaga berat badan ideal
- Berhenti merokok
- Membatasi konsumsi alkohol
- Manajemen stres
Dengan penanganan yang tepat dan disiplin, penderita diabetes dapat hidup produktif dan terhindar dari komplikasi yang memberatkan. Edukasi yang berkelanjutan dan dukungan dari tenaga kesehatan serta keluarga memegang peranan penting dalam keberhasilan pengelolaan diabetes melitus.
Baca juga:
- 8 Manfaat Tea Tree Oil untuk Kesehatan
- 10 Manfaat Kunyit untuk Kecantikan
- Efek Samping Jus Buah Naga dan Kandungan Nutrisinya
- Menu Makan Malam Sehat
- Obat Alami Batuk Berdahak Berkepanjangan: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan yang Efektif
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apakah semua penderita diabetes pasti akan mengalami komplikasi?
Tidak. Komplikasi diabetes dapat dicegah atau diperlambat dengan pengelolaan diabetes yang baik, termasuk kontrol gula darah, tekanan darah, dan lipid yang optimal, serta penerapan gaya hidup sehat.
2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga komplikasi diabetes muncul?
Komplikasi mikrovaskular (mata, ginjal, saraf) biasanya mulai muncul setelah 5-10 tahun menderita diabetes, sedangkan komplikasi makrovaskular (jantung, stroke) dapat terjadi lebih awal, bahkan sebelum diagnosis diabetes ditegakkan.
3. Apakah komplikasi diabetes dapat disembuhkan?
Sebagian besar komplikasi diabetes bersifat irreversible (tidak dapat pulih sepenuhnya). Namun, dengan penanganan yang tepat, progresivitas kerusakan dapat diperlambat atau dihentikan. Beberapa kondisi, seperti retinopati proliferatif, dapat ditangani dengan terapi laser untuk mencegah kebutaan.
4. Komplikasi diabetes mana yang paling berbahaya?
Semua komplikasi diabetes berpotensi berbahaya. Namun, penyakit kardiovaskular (serangan jantung dan stroke) merupakan penyebab kematian utama pada penderita diabetes. Ketoasidosis diabetik dan status hiperglikemik hiperosmolar juga sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat.
5. Bagaimana cara mengetahui adanya komplikasi diabetes sejak dini?
Dengan melakukan skrining rutin sesuai anjuran dokter, seperti pemeriksaan mata tahunan, tes urine untuk mikroalbuminuria, pemeriksaan kaki setiap kunjungan dokter, dan pemeriksaan neurologis sederhana.
6. Apakah dengan mengonsumsi obat diabetes secara teratur dapat mencegah komplikasi?
Konsumsi obat diabetes secara teratur adalah bagian penting dari pengelolaan diabetes, tetapi harus disertai dengan pengendalian faktor risiko lain seperti diet, olahraga, tekanan darah, dan kolesterol untuk pencegahan komplikasi yang optimal.
7. Bisakah komplikasi diabetes terjadi meskipun gula darah terkontrol?
Kontrol gula darah yang baik sangat mengurangi risiko komplikasi, tetapi tidak menjamin 100% bebas komplikasi. Faktor lain seperti genetik, durasi diabetes, dan faktor risiko lain juga berperan. Namun, kontrol gula darah yang baik tetap merupakan faktor protektif terpenting.
Referensi
- American Diabetes Association. (2018). Cardiovascular disease and risk management: Standards of medical care in diabetes—2018. Diabetes Care, 41(Supplement 1), S86–S104. https://doi.org/10.2337/dc18-S009
- Cole, J. B., & Florez, J. C. (2020). Genetics of diabetes mellitus and diabetes complications. Nature Reviews Nephrology, 16(7), 377–390. https://doi.org/10.1038/s41581-020-0278-5
- Fowler, M. J. (2011). Microvascular and macrovascular complications of diabetes. Clinical Diabetes, 29(3), 116–122. https://doi.org/10.2337/diaclin.29.3.116
- Gæde, P., Oellgaard, J., Carstensen, B., Rossing, P., Lund-Andersen, H., Parving, H.-H., & Pedersen, O. (2016). Years of life gained by multifactorial intervention in patients with type 2 diabetes mellitus and microalbuminuria: 21 years follow-up on the Steno-2 randomised trial. Diabetologia, 59(11), 2298–2307. https://doi.org/10.1007/s00125-016-4065-6
- Gregg, E. W., Sattar, N., & Ali, M. K. (2016). The changing face of diabetes complications. The Lancet Diabetes & Endocrinology, 4(6), 537–547. https://doi.org/10.1016/S2213-8587(16)30010-9
- Harding, J. L., Pavkov, M. E., Magliano, D. J., Shaw, J. E., & Gregg, E. W. (2019). Global trends in diabetes complications: A review of current evidence. Diabetologia, 62(1), 3–16. https://doi.org/10.1007/s00125-018-4711-2
- Kitabchi, A. E., Umpierrez, G. E., Miles, J. M., & Fisher, J. N. (2009). Hyperglycemic crises in adult patients with diabetes. Diabetes Care, 32(7), 1335–1343. https://doi.org/10.2337/dc09-9032
- Pop-Busui, R., Boulton, A. J. M., Feldman, E. L., Bril, V., Freeman, R., Malik, R. A., Sosenko, J. M., & Ziegler, D. (2017). Diabetic neuropathy: A position statement by the American Diabetes Association. Diabetes Care, 40(1), 136–154. https://doi.org/10.2337/dc16-2042
- Saeedi, P., Petersohn, I., Salpea, P., Malanda, B., Karuranga, S., Unwin, N., Colagiuri, S., Guariguata, L., Motala, A. A., Ogurtsova, K., Shaw, J. E., Bright, D., & Williams, R. (2019). Global and regional diabetes prevalence estimates for 2019 and projections for 2030 and 2045: Results from the International Diabetes Federation Diabetes Atlas, 9th edition. Diabetes Research and Clinical Practice, 157, 107843. https://doi.org/10.1016/j.diabres.2019.107843