Fauna Taman Nasional Kerinci Seblat menjadi daya tarik utama sekaligus indikator kesehatan ekosistem hutan hujan tropis Sumatera. Sebagai bagian dari Situs Warisan Dunia UNESCO, TNKS berperan sebagai benteng terakhir bagi kelangsungan hidup berbagai spesies langka dan endemik. Artikel ini akan mengupas tuntas kekayaan satwa, ancaman yang dihadapi, dan upaya pelestarian di dalam kawasan konservasi seluas hampir 1,4 juta hektare ini.
Mengapa Fauna di TNKS Sangat Istimewa?
Fauna Taman Nasional Kerinci Seblat mendiami salah satu ekosistem hutan hujan dataran rendah hingga pegunungan terluas dan paling utuh di Sumatera. Kawasan ini berfungsi sebagai habitat corridor (koridor penghubung) yang vital, memungkinkan satwa-satwa besar seperti harimau dan gajah untuk bermigrasi dan menjaga keragaman genetik. Kombinasi topografi yang variatif mulai dari rawa, hutan primer, hingga puncak gunung menciptakan niche ekologis bagi beragam jenis satwa.
Raja-Raja Hutan Sumatera
Ketika membahas satwa TNKS, perhatian pertama pasti tertuju pada mamalia besar yang menjadi simbol konservasi Indonesia.
1. Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
Predator puncak ini adalah penjaga keseimbangan ekosistem. Populasi Harimau Sumatera di TNKS merupakan salah satu yang terbesar dan paling viable (layak hidup) di dunia. Keberadaannya menunjukkan bahwa ekosistem hutan masih dalam kondisi baik. Upaya perlindungannya menjadi fokus utama melalui patroli dan teknologi kamera jebak.
2. Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)
Kelompok Gajah Sumatera berkeliaran di wilayah barat dan selatan TNKS. Mereka adalah ecosystem engineer; kawanan gajah membuka jalur di hutan, menyebarkan biji-bijian, dan menciptakan kubangan yang menjadi habitat satwa lain. Konflik dengan manusia di area penyangga masih menjadi tantangan besar.
3. Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis)
Spesies paling langka dan kritis. Keberadaan Badak Sumatera di TNKS sangat sulit dideteksi dan populasinya diperkirakan sangat kecil. Upaya penyelamatan melalui breeding facility menjadi harapan terakhir untuk mencegah kepunahan total spesies ini di alam.
4. Satwa Lainnya:
- Tapir Asia (Tapirus indicus): Mamalia ungulata unik dengan moncong panjang, aktif di malam hari (nokturnal).
- Beruang Madu (Helarctos malayanus): Beruang terkecil di dunia, ahli pemanjat pohon.
- Kucing Emas Asia (Catopuma temminckii): Kucing liar misterius yang jarang terlihat.
- Macan Dahan (Neofelis diardi): Kucing besar dengan pola bulu mirip awan dan kemampuan memanjat yang luar biasa.
- Kambing Hutan Sumatera (Capricornis sumatraensis): Mamalia terestrial yang gesit menghadapi tebing terjal.
Kekayaan Avifauna
Jenis satwa di Kerinci Seblat dari kelas aves atau burung sangat mengesankan, dengan lebih dari 370 spesies tercatat. Beberapa di antaranya merupakan burung endemik yang tidak ditemukan di tempat lain.
1. Burung Endemik
Beberapa di antaranya merupakan burung endemik yang tidak ditemukan di tempat lain. Burung Endemik Prioritas meliputi Burung Tiung Sumatera (Cochoa becari), yaitu burung langka dengan bulu biru-ungu yang memesona dan menjadi salah satu target utama pengamat burung internasional. Selanjutnya ada Celepuk Kerinci (Otus stresemanni), jenis burung hantu kecil yang hanya ditemukan di daerah tinggi TNKS. Kemudian Puyuh Gonggong Sumatera (Arborophila rubrirostris), burung darat endemik yang suaranya sering terdengar di hutan, serta Rangkong Papan (Buceros bicornis), burung besar yang berperan penting dalam regenerasi hutan melalui penyebaran biji. Lokasi seperti Rawa Bento dan kawasan hutan primer di sekitar Gunung Tujuh adalah hotspot terbaik untuk pengamatan burung.
2. Primata
Keanekaragaman hayati TNKS juga mencakup berbagai primata yang menghuni lapisan kanopi hutan. Di antaranya adalah Siamang (Symphalangus syndactylus), primata berwarna hitam dengan kantung suara besar yang terkenal dengan nyanyian duet paginya menggema di lembah. Lalu ada Ungko (Hylobates agilis) dan Lar Gibbon (Hylobates lar), keduanya merupakan owa yang lincah bergelantungan dari pohon ke pohon. Sering terlihat dalam kelompok besar adalah Simpai atau Kera ekor panjang (Presbytis melalophos dan Macaca fascicularis).
Reptil, Amfibi, dan Invertebrata
Kehidupan liar di TNKS juga berlangsung di strata yang lebih rendah. Berbagai jenis reptil dan amfibi menghuni aliran sungai, rawa, dan lantai hutan lembab. Dari kelompok reptil, terdapat ular, kadal, dan diperkirakan juga Buaya Senyulong (Tomistoma schlegelii) di perairan tertentu. Untuk amfibi, termasuk Katak Bertanduk (Megophrys nasuta) yang memiliki kamuflase sempurna menyerupai daun. Sementara itu, kupu-kupu endemik dan serangga unik dari golongan invertebrata turut memperkaya rantai makanan di ekosistem ini.
Upaya Konservasi
Berbagai upaya dilakukan untuk menjaga kelestarian satwa langka Kerinci Seblat. Upaya-upaya ini meliputi Patroli Pengamanan rutin yang dilakukan oleh petugas TNKS bersama mitra organisasi non-pemerintah seperti Wildlife Conservation Society (WCS) dan Fauna & Flora International (FFI). Selain itu, dilakukan Pemantauan Berbasis Teknologi dengan memanfaatkan alat-alat canggih seperti kamera jebak, pelacak GPS (GPS collaring) pada satwa, dan drone untuk pengawasan wilayah luas.
Pendekatan lain yang tidak kalah penting adalah Penyuluhan Masyarakat di sekitar kawasan, yang bertujuan membangun kesadaran dan mencari sol
Bagaimana Kita Bisa Berkontribusi?
Sebagai individu, kita bisa mendukung pelestarian fauna Taman Nasional Kerinci Seblat dengan:
- Menjadi Wisatawan yang Bertanggung Jawab: Ikuti aturan, jaga kebersihan, dan jangan ganggu satwa.
- Mendukung Lembaga Konservasi Terpercaya: Donasi atau volunteer untuk organisasi yang bekerja di TNKS.
- Menyebarkan Informasi: Edukasi orang terdekat tentang pentingnya TNKS.
- Bijak Memilih Produk: Hindari produk yang merusak hutan, seperti minyak sawit yang tidak berkelanjutan.
Jika artikel ini memberi insight baru tentang kekayaan alam Indonesia, bagikan kepada teman dan keluarga mu. Bersama, kita bisa meningkatkan kesadaran untuk melindungi harta nasional yang tak ternilai ini.
Baca juga:
- Legenda Danau Kerinci, Rute, dan Daya Tarik Danaunya
- Rawa Bento Terletak di Kabupaten Kerinci Jambi
- 6 Misteri Gunung Kerinci Yang Masih Berkembang di Masyarakat
Pertanyaan yang Sering Ditanyakan (FAQ)
1. Apa saja hewan langka yang dilindungi di TNKS?
TNKS melindungi satwa langka kunci seperti Harimau Sumatera, Badak Sumatera, Gajah Sumatera, Tapir Asia, Beruang Madu, dan berbagai burung endemik seperti Burung Tiung Sumatera dan Celepuk Kerinci.
2. Bisakah pengunjung melihat langsung satwa liar seperti harimau di TNKS?
Sangat jarang dan tidak disarankan untuk mencari. Harimau adalah satwa liar pemalu dan kritis. Pengamatan satwa biasanya dilakukan tidak langsung melalui jejak, kotoran, atau kamera jebak. Yang lebih mungkin terlihat adalah primata, burung, atau tapir di lokasi tertentu dengan panduan.
3. Apa perbedaan fauna di TNKS dengan taman nasional lain di Sumatera?
TNKS memiliki populasi penting bagi Harimau dan Gajah Sumatera karena luas dan konektivitas hutannya. Ia juga memiliki burung endemik spesifik seperti Celepuk Kerinci yang tidak ada di Taman Nasional lain. Kombinasi zona ekosistem dari rawa hingga pegunungan tinggi juga menciptakan keanekaragaman yang unik.
4. Mengapa TNKS penting bagi kelangsungan hidup Badak Sumatera?
TNKS merupakan salah satu dari sedikit habitat tersisa yang memiliki kondisi hutan yang cukup baik dan luas untuk menopang populasi Badak Sumatera, meski populasinya sangat kecil dan terfragmentasi. Kawasan ini menjadi salah satu target penting dalam program penyelamatan darurat badak.
5. Bagaimana kondisi populasi Harimau Sumatera di TNKS saat ini?
Populasi Harimau Sumatera di TNKS relatif stabil tetapi tetap terancam. Kawasan ini dianggap sebagai stronghold (benteng) populasi harimau dengan estimasi individu yang signifikan. Upaya patroli intensif telah berhasil mengurangi perburuan, tetapi ancaman perambahan dan konflik tetap ada.




