Desa Penglipuran: Salah Satu Wisata Terunik di Bangli
Keindahan dan daya tarik Bali memang tiada habisnya. Setiap tempat di pulau ini memiliki keunikan tersendiri yang mampu memikat para wisatawan untuk kembali berkunjung. Mulai dari pantai yang menenangkan, pemandangan alam yang menakjubkan, keindahan bawah lautnya yang luar biasa, keharmonisan masyarakatnya, dan kelezatan kuliner yang menggugah selera. Pada artikel kali ini kita akan membahas keunikan wisata Desa Penglipuran.
Sejarah Desa Penglipuran
Berdasarkan penelitian, Desa Adat Penglipuran telah ada sejak zaman Kerajaan Bangli sekitar 700 tahun yang lalu. Nama Penglipuran berasal dari kata pengeling dan pura. Pengeling berarti pengingat, berasal dari kata dasar eling atau ingat, sedangkan pura merujuk pada tempat atau tanah leluhur.
Menurut para sesepuh atau penglingsir, leluhur atau pendahulu Desa Penglipuran berasal dari Desa Bayung Gede, Kintamani. Mereka sering melakukan perjalanan jauh dan beristirahat di sebuah daerah bernama Kubu. Jarak antara kedua lokasi itu sendiri cukup jauh untuk ukuran zaman dulu, yaitu sekitar 25 kilometer. Oleh karena itu, Penglipuran pada masa lalu dikenal sebagai Desa Kubu Bayung (orang Bayung yang tinggal di wilayah Kubu).
Dalam perkembangannya, orang Bayung yang tinggal di wilayah Kubu semakin bertambah banyak dan akhirnya mereka memutuskan untuk membentuk desa sendiri yang lepas dari kewajiban sebagai warga Bayung Gede. Mereka kemudian membangun tempat suci sendiri yang diberi nama Pura Kahyangan Tiga. Meskipun begitu, tata letak desa dan konsep desa leluhur mereka masih mengikuti konsep yang ada di Desa Bayung Gede.
Baca juga: Pura Tanah Lot: Destinasi Wisata Pulau Dewata Bali
Lokasi Desa Penglipuran
Desa Wisata Penglipuran terletak di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali dengan luas wilayah sebesar 112 hektar. Pemanfaatan wilayah desa terdiri dari 50 hektar lahan pertanian, 45 hektar hutan bambu, 4 hektar hutan kayu, 9 hektar pemukiman, 4 hektar tempat suci, dan fasilitas umum.
Lokasi Desa Wisata Penglipuran cukup strategis karena hanya berjarak 60 kilometer atau sekitar 1 jam 30 menit dari Bandara Internasional Ngurah Rai. Desa ini terletak pada ketinggian 600-650 meter di atas permukaan air laut, sehingga memiliki suhu yang cukup sejuk.
Google Map Lokasi Desa Penglipuran
Jumlah Penduduk dan Kepercayaan Masyarakat Desa Penglipuran
Pada bulan Januari 2021, Desa Wisata Penglipuran memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.111 orang dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 277. Mata pencaharian penduduk desa meliputi:
- Perajin,
- Pedagang souvenir,
- Kuliner
- Pertanian
- Pengelola homestay
- Karyawan swasta dan PNS
- Pemandu wisata
- Pelaku pariwisata
Masyarakat Desa Wisata Penglipuran beragama Hindu dan sangat menjunjung tinggi adat istiadat serta nilai gotong royong, kekeluargaan, dan kearifan lokal yang berlandaskan pada konsep Tri Hita Karana.
Baca juga: Pulau Komodo: Destinasi Wisata Yang Luar Biasa
Keunikan Wisata Desa Penglipuran
Berikut ini keunikan wisata dari desa penglipuran:
Desa Terbersih di Dunia
Terdapat tiga desa yang telah dinobatkan sebagai desa terbersih di seluruh dunia, dan salah satunya adalah Desa Penglipuran di Bali. Desa wisata yang terletak di Bangli ini meraih berbagai penghargaan, seperti Kalpataru, Indonesia Sustainable Tourism Award pada tahun 2017, dan terbaru, masuk dalam Sustainable Destinations Top 100 versi Green Destinations Foundation. Ini adalah prestasi yang luar biasa.
Ketika memasuki Desa, akan disambut dengan deretan tanaman hijau yang rimbun. Semakin memasuki area desa, udara dan pemandangan akan semakin terasa sejuk dan asri dengan pemandangan pagar tanaman yang menghiasi seluruh area desa, diharapkan untuk tidak menggunakan kendaraan bermotor saat mengelilingi desa ini, hal ini dilakukan untuk menjaga lingkungan Desa agar bebas dari polusi.
Anda bisa mengeksplorasi keunikan Desa dengan berjalan kaki. Selain itu, dilarang membuang sampah sembarangan. Di Desa tersebut, sudah disediakan tempat sampah setiap 30 meter. Jadi, tidak ada lagi alasan untuk tidak tertib membuang sampah.
Mempunyai Hutan Bambu
Saat Anda menelusuri hutan bambu yang luasnya mencapai 45 hektare atau sekitar 40 persen dari luas keseluruhan Desa Penglipuran, Desa tersebut akan semakin memukau. Hutan bambu yang mengelilingi desa ini telah dilestarikan dan dijaga sejak zaman para leluhur sebagai bentuk pelestarian warisan dan menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.
Masyarakat setempat percaya bahwa hutan bambu ini telah ada sejak awal sejarah keberadaan mereka. Hutan bambu tidak hanya berfungsi sebagai penghias desa, tetapi juga berfungsi sebagai kawasan resapan air dan kerap disebut sebagai hutan pelindung desa.
Baca juga: Menikmati Keindahan Wisata Baru di Nusa Penida
Tata Ruang Desa Penglipuran Berkonsep Tri Mandala
Sebagai sebuah desa adat yang sangat menghargai nilai-nilai luhur dari nenek moyang, tata ruang Desa didasarkan pada patokan adat yang turun temurun. Desa ini dibangun dengan Konsep Tri Mandala, di mana tata ruang desa dibagi menjadi tiga wilayah, yakni:
- Utama Mandala
- Madya Mandala
- Nista Mandala.
Pembagian wilayah ini diurutkan dari utara ke selatan, berikut pembagiannya:
Wilayah Utara
Terdapat Utama Mandala, yaitu tempat suci atau tempat para dewa. Tempat ibadah juga dibangun di sini.
Wilayah Tengah
Terdapat Madya Mandala, yaitu wilayah pemukiman penduduk, di mana rumah-rumah penduduk dibangun di sepanjang jalan utama.
Wilayah Paling Selatan
Disebut Nista Mandala, yaitu zona khusus untuk pemakaman penduduk
Mempunyai Ritual Keagamaan di Pura Luhur Penglipuran
Desa Penglipuran juga melaksanakan ritual keagamaan yang dipertahankan hingga saat ini. Salah satu acara besar yang dilaksanakan adalah Ngusaba untuk merayakan Hari Raya Nyepi. Selain itu, setiap 15 hari sekali, masyarakat di sana berkunjung ke Pura Penataran untuk bersembahyang. Ritual-ritual ini terus dipelihara karena telah diajarkan oleh para sesepuh adat dan merupakan ajaran warisan para leluhur.
Kuliner Unik Khas Desa Penglipuran
Di Desa Penglipuran, terdapat kuliner unik yang wajib dicoba, yaitu loloh cemcem dan tipat cantok. Loloh cemcem adalah minuman khas yang terbuat dari daun cemcem atau daun kloncing yang berkhasiat untuk memperlancar pencernaan.
Minuman ini dibuat secara tradisional dan dijamin tidak mengandung pengawet atau pemanis buatan. Sementara itu, tipat cantok merupakan menu andalan dari Desa Penglipuran. Kudapan ini terdiri dari ketupat dan sayuran rebus yang disajikan dengan bumbu kacang sebagai pelengkap dan masak ayam kecap pedas.
Penglipuran Festival
Desa Penglipuran menawarkan pesona lain berupa festival budaya yang dikenal dengan nama Penglipuran Village Festival. Festival ini biasanya diadakan pada akhir tahun dengan rangkaian kegiatan yang beragam, termasuk parade pakaian adat Bali, Barong Ngelawang, parade seni budaya, dan berbagai lomba menarik.
Kegiatan-kegiatan ini selalu berhasil menarik perhatian wisatawan yang datang dari berbagai penjuru untuk menyaksikan dan menikmati pesona seni dan budaya khas Bali.
Baca juga: Taman Nasional Wakatobi: Destinasi Wisata SulTeng
Harga Tiket Masuk Desa Penglipuran 2023
Harga tiket masuk ke Desa Wisata Penglipuran untuk wisatawan lokal menurut situs desapenglipuran.com adalah:
- Rp 15 ribu untuk dewasa
- Rp 10 ribu untuk anak-anak di atas 2 tahun.
Namun, perlu diingat bahwa harga tersebut dapat berubah sewaktu-waktu.
Penutup
Desa Penglipuran adalah destinasi wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi karena keindahan alamnya, keunikan budayanya, serta tradisi adat yang masih kental. Wisatawan yang berkunjung dapat merasakan suasana desa Bali yang otentik dan asri.
Namun, sebagai wisatawan yang bertanggung jawab, kita perlu tetap sopan dan menghormati adat setempat, serta mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan selama berwisata. Dengan begitu, kita tidak hanya menjaga diri sendiri, tetapi juga menjaga kesehatan orang lain di sekitar kita.
Referensi
- https://www.bangli.banglikab.go.id
- https://disparda.baliprov.go.id