Candi Koto Mahligai sebuah situs bersejarah yang mempesona di Provinsi Jambi, Indonesia. Situs ini berjarak sekitar 900 meter dari Candi Kedaton dan terletak di tepi Sungai Batanghari, sungai terpanjang di Pulau Sumatera. Sungguh memukau, situs Candi tersebut merupakan pintu gerbang yang membawa kita kembali dalam waktu, mengungkapkan kekayaan dan kompleksitas peradaban masa lalu. Candi ini berasal dari masa kerajaan-kerajaan kuno di wilayah ini, yang berada pada periode yang diperkirakan antara abad ke-7 hingga ke-8 Masehi.
Melalui penetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, situs ini mendapatkan pengakuan resmi pada tanggal 30 Desember 2013. Dengan luas total sekitar 3.981 hektar, situs ini mencakup kompleks candi, situs permukiman, dan jaringan pengairan kuno yang mengungkapkan peradaban kuno yang maju.
Candi Koto Mahligai
Berikut informasi tentang Candi Koto Mahligai.
Lokasi Candi Koto Mahligai
Ini lah lokasi Candi Koto Mahligai yang terletak di Desa Danau Lamo, Kecamatan Marosebo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Dalam konteks administratif, luas Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muaro Jambi mencakup delapan desa di dua kecamatan, yaitu Muaro Jambi, Danau Lamo, Dusun Baru, Kemingking Luar, Kemingking Dalam, Dusun Mudo, Teluk Jambu, dan Tebat Patah, luas bukan?
Google Maps Lokasi Candi
Rute Menuju Candi
Rute ke situs ini mungkin memerlukan perjalanan dengan sepeda motor atau sepeda sewaan, dan pengunjung disarankan untuk memakai pakaian lengan panjang serta membawa losion anti-nyamuk.
Harga Tiket Masuk
Sampai saat ini belum ada harga tiket untuk masuk kawasan Candi.
Jam Operasional
Bagi yang berani dan sanggup bisa datang kapan saja, tapi ingat ya kalau daerah kawasan situs Candi bisa dibilang masih sangat jarang bertemu manusia.
Keajaiban Arsitektur Kuno
Candi Koto Mahligai adalah sebuah contoh indah dari arsitektur kuno yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat peradaban agama Buddha terbesar di dunia. Candi ini dikelilingi oleh tembok berukuran 97,5 x 120 meter yang memberikan kesan kemegahan dan perlindungan terhadap bangunan suci di dalamnya. Tembok ini membagi ruang antara candi utama (candi induk) dan mandapa di bagian timur. Kecerdasan arsitektural dari kompleks candi ini menggambarkan kebijaksanaan para bangsawan zaman dulu dalam membangun bangunan yang kokoh.
Candi tersebut memiliki gundukan candi utama berukuran 20 x 20 meter dan candi perwara berukuran 20 x 15 meter. Pemandangan ini memukau para pengunjung dengan detil ukiran yang halus dan kerumitan desain arsitekturnya. Sebagai candi agama Buddha, situs tersebut menyiratkan kedalaman spiritual dan kebijaksanaan yang tercermin dalam setiap detailnya.
Temuan Arca Gajah dan Arca Buddha
Situs sejarah ini telah mengungkapkan banyak harta karun sejarah yang mengejutkan. Di dalam lingkungan Candi Koto Mahligai, ditemukan dua arca gajah yang memikat. Bentuknya hampir sama dengan arca gajah yang ditemukan di Candi Gedong I. Arca-arca gajah ini memberikan wawasan tentang kehadiran binatang ini dalam budaya dan kepercayaan masyarakat masa lalu.
Namun, yang paling menarik adalah temuan tiga arca Buddha dari batu yang telah rusak. Arca-arca ini diperkirakan berasal dari abad ke-7 hingga ke-8 Masehi, yang menggambarkan perjalanan agama Buddha ke wilayah ini pada masa itu. Perbandingan gaya pakaian arca Buddha dari Muarajambi dengan arca Buddha dari India Utara dan wilayah lainnya memberikan bukti tentang pengaruh budaya dan agama di wilayah ini.
Kehidupan di Sekitar Candi Koto Mahligai
Selain kekayaan arkeologi dan seni, Candi Koto Mahligai berada dalam lingkungan yang menakjubkan. Pohon-pohon duku dan durian tumbuh subur di tepi jalan Desa Baru, menciptakan lanskap yang memikat sepanjang perjalanan menuju situs bersejarah ini. Buah duku yang disebut “duku Palembang” sering berasal dari Kabupaten Muaro Jambi, termasuk yang tumbuh di dalam KCBN Muarajambi.
Tak hanya itu, dalam kompleks percandian ini, terdapat juga pohon kundu atau pohon sialang (Koompassia excelsa) yang hanya bisa ditemui di area Candi yang berusia antara 600 sampai 700 tahun. Keunikan pohon ini adalah akar-akarnya yang besar dan mencuat di permukaan tanah. Akarnya dapat mencapai ukuran luar biasa, sekitar 5-6 meter, dan memerlukan enam orang dewasa yang bergandengan tangan untuk mengelilingi akarnya. Pohon-pohon ini menciptakan suasana hening dan teduh, menciptakan pengalaman yang unik bagi para pengunjung. Penduduk setempat sering menyebutnya “pohon madu” karena ribuan lebah suka membangun sarang di dahan-dahan pohon kundu. Untuk mengumpulkan madu dari sarang lebah tersebut, penduduk menggunakan tangga kayu dan naik hingga ke bagian batang yang dapat dipeluk.
Tips Berwisata di Kawasan Candi
- Diperbolehkan menikmati duku sebanyak yang diinginkan, tetapi disarankan untuk tidak membawanya pulang.
- Disarankan menggunakan lotion anti nyamuk.
- Mohon untuk tidak membuang sampah sembarangan. Jika Anda menghasilkan sampah, harap bawa kembali karena tidak ada tempat sampah di area ini.
- Karena tidak ada fasilitas toilet, disarankan untuk pergi ke toilet terlebih dahulu sebelum datang ke lokasi ini.
Keindahan arsitektur, artefak bersejarah, dan lingkungan alam yang menakjubkan menjadikan kunjungan ke situs ini sebagai objek wisata yang luar biasa. Dengan harapan bahwa keindahan ini akan tetap terjaga dan terus mempesona para generasi mendatang, Candi Koto Mahligai adalah saksi bisu yang membantu kita memahami perjalanan panjang sejarah dan budaya Indonesia yang kaya. Ok Bamers, rencanakan kunjungan ke situs ini, nikmati keindahan alam dan budaya Jambi.
Referensi
- Wiwin Djuwita Sudjana Ramelan (ed.). (2014). Candi Indonesia Seri Sumatera, Kalimantan, Bali, Sumbawa. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, pp. 138-139.
- Pamungkas, S., & Agustiningsih, N. (2018). Candi Muaro Jambi: Kajian Cerita Rakyat, Arkeologi, Dan Pariwisata. Istoria: Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah Universitas Batanghari, 2(2), 49-62.
- TAMUN, R. P., PURI, S. R., & AYU HARDIYANTI, D. R. (2019). EKSPLORASI JENIS POHON DI KOMPLEKS CANDI MUARO JAMBI. Media Konservasi, 24(3).
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjambi/makara-makara-dari-kawasan-cagar-budaya-muarajambi