Sejarah Candi Gumpung: Lokasi, dan Temuan Arkeologi

Candi Gumpung

Candi Gumpung

Di hamparan alam subur Provinsi Jambi, terdapat sebuah harta terpendam yang tidak hanya menjadi saksi bisu sejarah, tetapi juga memegang keindahan yang luar biasa. Candi Gumpung, sebuah monumen agung yang menjadi penanda keagamaan dan budaya, adalah salah satu situs bersejarah paling menarik di Indonesia.

Candi Gumpung

Berikut informasi tentang Candi Gumpung.

Lokasi Candi Gumpung

Candi Gumpung terletak di Desa Muaro Jambi, Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, candi ini menjelma sebagai makam peradaban masa lalu yang berbicara tentang kejayaan agama Buddha Vajrayana

Google Maps Lokasi Candi

Harga Tiket Masuk

Berdasarkan informasi yang tersedia hingga saat ini, biaya masuk ke Candi Muaro Jambi diperkirakan sekitar Rp 9.000 per orang, namun perlu diingat bahwa harga tersebut dapat mengalami perubahan.

Jam Operasional

Kawasan wisata kompleks Candi Muaro Jambi dapat dikunjungi oleh pengunjung mulai dari pukul 08.00 hingga 18.00 WIB.

Sejarah Candi Gumpung

Candi Gumpung
Sumber Gambar: Instagram Candi Muaro Jambi

Candi Gumpung, sebagaimana banyak candi lainnya di Indonesia, memiliki akar dalam agama Buddha. Namun, apa yang membuatnya istimewa adalah latar belakang agama yang spesifik: Buddha Vajrayana. Dari manuskrip-manuskrip kuno hingga inskripsi-inpskripsi yang ditemukan dalam proses pemugaran, kita mulai mengenal sejarah agama ini dan bagaimana Candi Gumpung menjadi manifestasi nyatanya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Boechari pada tahun 1985, Candi Gumpung didirikan pada pertengahan abad ke-9 hingga awal abad ke-10. Hasil dari analisis paleografi ini memberikan kerangka waktu yang kuat untuk masa pendirian candi ini. Namun, pertanyaannya adalah: mengapa dan oleh siapa candi ini didirikan?

Agama Buddha Vajrayana, yang menjadi latar belakang agama Candi tersebut, memiliki ciri khasnya sendiri. Hal ini tercermin dalam arsitektur candi dan simbol-simbol yang ditemukan di sekitarnya. Salah satu aspek paling mencolok dari Candi Gumpung adalah adanya stupa-stupa kecil yang membentuk Vajradhatu Mandala. Mandala ini menjadi simbol yang kuat dalam agama Vajrayana, dan adanya stupa-stupa ini menunjukkan konsep keselamatan dan pencerahan.

Baca juga: Lokasi dan Sejarah Candi Muaro Jambi

Struktur dan Arsitektur Candi Gumpung

Candi Gumpung
Sumber Gambar: Instagram Candi Muaro Jambi

Sekarang, mari kita membahas arsitektur dan struktur fisik Candi Gumpung. Candi ini tidak hanya menyimpan makna spiritual, tetapi juga menampilkan keindahan arsitektur kuno yang luar biasa.

Struktur Fisik dan Tata Letak

Candi Gumpung menonjol dengan struktur fisiknya yang megah. Situs ini terdiri dari candi induk dan mandapa yang dikelilingi oleh pagar dengan ukuran mencolok, yaitu 150 x 155 meter. Gerbang masuk ke situs candi ini terletak di sisi barat dan timur pagar, yang memberikan kesan kuat dan khusus sejak Anda memasukinya.

Candi induk adalah pusat spiritual dan memiliki bentuk yang mengesankan. Dengan ukuran 17,9 x 17,9 meter dan tinggi sekitar 3 meter, candi ini memiliki denah persegi dan tidak memiliki atap. Pintu masuknya menghadap ke timur, menciptakan aliran energi spiritual yang mengalir dari matahari terbit.

Pada sisi depan candi induk, terdapat sebuah tangga yang mengarah ke gerbang kecil yang ada di dinding. Tangga ini memiliki karakteristik unik dengan hanya satu pipi tangga dan satu makara, sebuah elemen dekoratif berwujud monster air.

Stupa-Stupa Kecil dan Vajradhatu Mandala

Di atas lapik besar candi, kita menemukan lima stupa kecil yang membentuk Vajradhatu Mandala. Stupa-stupa ini adalah bagian penting dari arsitektur dan simbolisme Candi Gumpung. Mereka menciptakan suasana spiritual yang mendalam dan mengingatkan kita pada praktik keagamaan yang berhubungan dengan Buddha Vajrayana. Kelima stupa ini melambangkan Vairocana (berada di pusat), Amodhhasiddha (berada di utara), Aksobhya (berada di timur), Ratṇasambhāwa (berada di selatan).

Vajradhatu Mandala adalah representasi dari kerajaan Buddha Vajrayana. Konsep ini menonjolkan pentingnya pencerahan dan keselamatan dalam agama tersebut. Dengan mengintegrasikan mandala ini dalam arsitektur candi, tidak hanya menjadi tempat beribadah, tetapi juga suatu penjelmaan dari agama Buddha Vajrayana itu sendiri.

Baca juga: Candi Kedaton Muaro Jambi: Lokasi, dan Rute

Temuan Arkeologi dan Pemugaran Candi Gumpung

Candi Gumpung
Sumber Gambar: Instagram Candi Muaro Jambi

Sejarah Candi Gumpung tidak hanya terwujud dalam tulisan-tulisan kuno atau struktur fisiknya, tetapi juga dalam temuan-temuan arkeologis yang telah mengungkap misteri masa lalu.

Temuan Inskripsi pada Lempengan Emas

Selama proses pemugaran yang berlangsung antara tahun 1982 hingga 1988, ditemukan inskripsi pada lempengan emas. Inskripsi-ini ditulis menggunakan aksara Jawa Kuno dan berisi mantra-mantra atau nama-nama yang digunakan dalam Vajradhatu Mandala. Temuan ini memberikan lebih banyak wawasan tentang praktik keagamaan yang berlangsung di Candi Gumpung pada masa lalu.

Inskripsi-ini adalah bukti langsung tentang kontribusi candi ini dalam penyebaran agama Buddha Vajrayana dan bagaimana pengikutnya mengambil peran dalam praktik spiritual yang mendalam.

Temuan Keramik China dan Interaksi Budaya

Selain inskripsi pada lempengan emas, temuan lain yang memikat adalah keramik China yang ditemukan di sekitar Candi Gumpung. Keramik-keramik ini berasal dari masa Dinasti Sung, yang merupakan periode sejarah yang signifikan dalam hubungan budaya dan perdagangan antara Indonesia dan Tiongkok.

Temuan ini menunjukkan bahwa Candi ini bukan hanya tempat ibadah lokal, tetapi juga bagian dari jaringan hubungan budaya yang luas. Ini menggarisbawahi peran penting candi ini dalam pertukaran budaya dan spiritual di masa lalu.

Baca juga: Candi Koto Mahligai: Wajah Candi yang Tak Pernah Terlihat

Masa Kini dan Pelestariannya

Sumber Gambar: Instagram Candi Muaro Jambi

Saat kita menjelajahi sejarah dan arsitektur Candi Gumpung, kita juga harus memahami tantangan dan upaya pelestariannya di era modern.

Pemeliharaan dan Konservasi

Candi Gumpung, sebagai situs cagar budaya, memerlukan perawatan dan pelestarian yang cermat. Kerusakan alami dan kerusakan manusia dapat membahayakan kelestarian situs ini. Oleh karena itu, pelestarian dan pemeliharaan menjadi tugas penting yang diemban oleh pihak berwenang.

Tindakan pemugaran yang berlangsung pada tahun 1982-1988 adalah salah satu contoh upaya yang dilakukan untuk menjaga Candi tetap utuh. Dalam proses pemugaran ini, banyak temuan berharga diungkapkan, dan seiring berjalannya waktu, pelestarian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan bahwa warisan budaya ini dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

Pendidikan dan Penelitian

Seiring dengan pelestarian fisik candi, pendidikan dan penelitian juga memainkan peran penting dalam memahami lebih dalam makna dan nilai sejarah Candi Gumpung. Melalui penelitian, kita dapat terus menggali pengetahuan tentang agama Buddha Vajrayana, kehidupan masyarakat pada masa itu, dan dampaknya terhadap budaya Indonesia.

Pendidikan publik juga sangat penting. Dengan mengedukasi masyarakat tentang nilai sejarah dan budaya Candi tersebut, kita dapat memastikan bahwa warisan ini tidak hanya hidup dalam buku-buku sejarah, tetapi juga dalam kesadaran dan pemahaman masyarakat luas.

Akhir kata, sebagai destinasi wisata budaya, tidak hanya mempesona, tetapi juga menginspirasi. Ia mengajarkan kita tentang kebesaran peradaban masa lalu dan pentingnya merawat warisan budaya. Dalam cahaya matahari terbit yang bersinar di atas Candi Gumpung, kita melihat keabadian yang tak terbantahkan.

Referensi

  1. Hardiarti, S. (2017). Etnomatematika: Aplikasi Bangun Datar Segiempat pada Candi Muaro Jambi. Aksioma8(2), 99-110.
  2. Wiwin Djuwita Sudjana Ramelan (ed.). (2014). Candi Indonesia Seri Sumatera, Kalimantan, Bali, Sumbawa. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Hlm. 126-128.
  3. Santiko, H. (2014). The Structure of Stupas at Muara Jambi. Kalpataru23(2), 113-120.
  4. Santiko, H. (2006). The Structure of Candi Gumpung at Muara Jambi’. Archaeology: Indonesian Perspective (Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), 373-82.
  5. Nihom, M. (1998). The Maṇḍala of Caṇḍi Gumpung (Sumatra) and the Indo-Tibetan Vajraśekharatantra. Indo-Iranian Journal41(3), 245-254.
  6. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjambi/masa-pendirian-candi-gumpung-muarajambi
  7. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/dpk/candi-gumpung
Please follow and like us:
WhatsApp
URL has been copied successfully!
Scroll to Top